Minggu, 19 Februari 2012

Dewasa?

Orang mengertikan kedewasaan secara berbeda-beda. Dalam ajaran Islam, yang disebut dewasa adalah apabila mampu membedakan mana perbuatan baik dan yang buruk. Orang lain ada yang mengertikan dewasa dari kemandiriannya. Ada juga yang menilai apakah orang itu cenderung hanya memperhatikan kepentingannya sendiri atau juga mempertimbangkan kepentingan orang lain. 
Ada yang umurnya dewasa tetapi jika ada keinginannya yang tidak tercapai, kemudian ngambek. Jika yang ngambek itu adalah anak kecil berusia 7 tahun karena tindak dibelikan eskrim kesukaannya, itu adalah hal yang wajar.
Ada juga yang sudah bapak-bapak, tetapi masih centil-centilan dengan perempuan cantik. Jelas orang itu tidak bisa membedakan apa yang ingin dilakukan dengan apa yang harus dilakukan. Jadi dewasa juga bisa diartikan bahwa seseorang bisa membedakan apa yang ingin dilakukan dengan apa yang harus dilakukan. 
Pada suatu hari, ada teman saya yang bisa membaca kepribadian orang. Teman saya itu mengatakan, "Ih, si X umurnya sudah tua begitu tetapi nggak bisa menempatkan diri. Maksudnya dia tidak bisa membedakan bagaimana berperilaku di depan orang tua dengan di depan anak-anak." Menurutnya, orang dewasa itu seharusnya bisa menempatkan dirinya.
Kalau parameter kedewasaan seseorang berbeda-beda untuk setiap orang, bagaimana dengan orang yang mampu bertenggang rasa, menempatkan kepentingan umum di atas kepentingan dirinya sendiri, tetapi apabila menghadapi tekanan, dia bisa 'meledak'? Orang-orang di sekitarnya tidak menyangka kalau orang yang selama ini dinilai dewasa bisa semarah itu. Kalau melihat contoh di atas, bisa dilihat bahwa 'dewasa' itu kadang tidak sepenuhnya 'dewasa', selalu ada titik di mana orang itu bisa bersikap egois. 
Mario Teguh berpendapat orang dewasa bukannya tidak boleh marah, tetapi marah dengan cara yang anggun. Kalau marah jangan bicara. Kalau bicara, jangan terdengar marah. kalau lembut, jangan lemah. Kalau tegas, jangan kasar.
'Marahnya' orang dewasa adalah marah yang asertif, dengan kata lain menyampaikan aspirasinya secara baik-baik, dengan intonasi dan nada bicara yang tidak membuat orang lain tersinggung. 'Marahnya' orang dewasa bukan juga dengan cara memendam amarah sedemikian rupa hingga menyiksa dirinya sendiri karena ada emosi yang tidak tersampaikan.