Minggu, 18 Desember 2011

LEBIH BAIK BERTEMU MUSUH DIBANDINGKAN BERTEMU MANTAN TEMAN


Sikap seseorang dengan orang yang tidak disukainya sudah jelas: jauhi dia, hindari kontak mata dengannya. Tetapi menghadapi seseorang yang DAHULUNYA  adalah teman baik, maksudku sahabat, sungguh dilematis. Mau menghindar salah, mau nyapa duluan juga takut dicuekin.
Aku terhubung dengan sebuah grup BBM yang berisi teman-temanku. Dua dari mereka sedang ulang tahun. Teman-teman yang lain banyak yang memberi ucapan selamat dan juga saling bertukar kado. Ada yang berceletuk, “Wah, ada yang bakalan perang kado nih!”
Temanku yang sedang berulang tahun mendapat kado berupa sebuah tempat pensil dan kertas ucapan selamat yang sangat personal berisi kesan-kesan, dan harapan semoga kado manis itu menemaninya dalam menyelesaikan skripsi.  
Hal yang menyakitkan adalah ketika giliranku yang berulang tahun, mereka hanya memberi ucapan selamat sekadarnya. Ketika kumpul bersamapun, aku tetap diundang,  tetapi tidak diajak mengobrol sama sekali. Ada, tetapi dianggap tidak ada.
                Gara-gara peristiwa itu, menemukan foto atau apapun yang berisi ucapan selamat ulang tahun di kamar seseorang adalah peristiwa yang traumatis untukku. Itu mengingatkanku pada peristiwa di grup BBM itu. Pada suatu hari seorang temanku yang lain menyimpan sebuah foto di kamar kosnya, foto berukuran 4R dengan bingkai sederhana berlatar warna pink berisi foto-foto dari teman satu gengnya bertuliskan “Selamat Ulang Tahun ke-20”. Sangat manis dan menyenangkan, tetapi aku tidak mau melihat foto itu.
Sikap temanku itu juga karena salahku. Aku dahulu sombong dan mudah marah. Tapi sekarang aku menyesali hal itu. Aku juga sudah minta maaf kepada teman-teman aku yang pernah aku sakiti. Alhamdulilah, beberapa dari mereka mau memaafkanku. Untuk yang belum bisa memaafkanku, aku hanya bisa memaklumi dan berharap semoga Allah membukakan pintu hatinya. Termasuk mereka juga yang kalau berpapasan di jalan, mereka pura-pura tidak melihatku. Padahal aku tahu kalau mereka benar-benar melihatku.

Tidak bolehkah seseorang mempunyai masa lalu yang buruk, kemudian orang itu menyesalinya untuk kemudian memperbaikinya?


Ternyata menemukan orang-orang yang bisa menerimaku di lingkungan yang sangat dingin dan individualis ini adalah hal yang paling berharga, seperti mutiara di tengah kubangan lumpur. Banyak orang-orang yang mengaku teman, tetapi cuma datang kalau butuh.Banyak orang-orang yang terlihat manis, setelah mereka mendengar gossip buruk tentangmu, mereka menjauh padahal itu sudah lama sekali dan kamu sudah berubah, berbeda dengan apa yang mereka pikirkan.
Saya bersyukur sahabat baru saya menerima saya apa adanya. Saya tidak perlu berpura-pura menjadi orang lain hanya untuk bisa diterima. Jadi, untuk saat ini hal yang terpenting dari seorang teman adalah ‘ACCEPTANCE’ atau penerimaan. Saya tidak memasang standar macam-macam untuk kualitas seorang sahabat selain acceptance itu.
Sebuah notifikasi grup BBM muncul di monitor. Setelah melihatnya sejenak, kupencet tombol Blackberry Groups, Friends, Menu, Leave Group….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar