Pertama ditanya kenapa ikutan aikido, aku
bingung jawabnya. Soalnya aku sekedar browsing di internet, tempat latihan
beladiri paling dekat dari rumahku ya di situ, Aikido Shudokan Indonesia di
Jalan BKR No 100A. Cuma naik mobil 10 menit dah sampai. Paling kalau macet
sedikit 15 menit.
Mungkin secara ‘bawah sadar’ aku
terinspirasi dari film The Last Samurai waktu adegan Kapten Nathan Algrennya
dengan tangan kosong bisa mengalahkan sepuluh orang musuh di hadapannya yang
memakai pedang. Film lain yang juga menginspirasi adalah film-film Steven
Seagall. Kelihatannya cara melumpuhkan musuhnya nyantai banget gitu. Cuma ‘krek-krek’
sedikit, lipat sana lipat sini musuhnya sudah pada terlempar ke mana-mana. Ngga
pakai ribut, ngga pakai adu otot ala Sylvester Stallone. Selain itu gerakannya
juga artistic secara visual alias keren bangeeeeet.
Kata ‘Shudokan’ di nama dojo Aikido
Shudokan Indonesia berarti tempat untuk menempa diri menjadi pribadi yang lebih
baik. Kalau begitu sekolah itu shudokan? Pondok pesantren juga shudokan?? Kata
Sensei Lim Tji Yi bisa jadi shudokan juga bedanya Aikido Shudokan itu menempa
orang menjadi lebih baik melalui jalan aikido. Kalau pesantren itu shudokan
melalui jalan belajar agama. Berarti bisa banget nih bikin pesantren dengan
nama ‘Pesantren Shudokan Indonesia’ atau ‘Al-Quran Shudokan Indonesia’. Gimana?
Keren kaan?!
Di sini ngga cuma belajar beladiri aja tapi
kita dituntut untuk disiplin dan selalu sigap. Kita selalu diingatkan untuk
mematikan lampu ruangan kalau sudah selesai digunakan. Pas awal-awal aku mesti
lupa tuh buat matiin lampu tapi sekarang jadi terbiasa. Perubahan yang paling
keliatan nih kalau di rumah yang tadinya males matiin lampu sekarang jadi rajin
banget.
Selesai latihan juga ngga langsung pulang
begitu saja tapi kita mesti menyapu lantai tempat latihan. Cara nyapunya juga
unik dan ‘Jepang banget’. Kalau yang latihan ada 6 orang, berarti kita mesti
nyiapin 6 sapu. Terus nyapunya juga ngga boleh sendiri-sendiri, tapi mesti
nunggu yang lain siap terus nyapu bareng-bareng. Kita Cuma boleh nyapu satu
deret matras aja, ngga boleh ‘ngambil bagian’ deretan matras tempat teman lain.
Satu deret matras
Kesigapan dilatih
dari gerakan-gerakan yang harus dilakukan serba cepat kayak mindahin sapu,
mindahin matras, kembali pada posisi semula, atau kembali latihan setelah turun
minum. Harapannya, biar kita mikir cepet juga selalu waspada.
Meskipun Sensei
selalu mengawasi latihan, ngga berarti Sensei selalu mengarahkan ‘kalau begini
mesti begitu’. Adakalanya kita mesti mikir gerakannya mesti gimana. Kalau
keliru baru dibetulin. Misalnya ada satu gerakan yang kuda-kudanya kaki kanan
di depan. Terus dibalik gimana kalau kuda-kudanya yang di depan kaki kiri. Jadi
pakai ‘Kurikulum Berbasis Kompetensi’ di mana yang aktif itu siswanya sementara
dosen mengarahkan. Tujuan dibalik kanan kiri supaya kita ngga terbiasa pakai
kanan aja, kirinya juga mesti bisa.
Susahnya pakai
pola ‘kiri-kanan’ itu berasa sama susahnya latian piano kalau pakai dua tangan.
Kadang kanannya doang bisa. Kirinya doang bisa. Begitu disatuin, berantakan deh
hahaha… Tapi latihan aikido sama latihan piano sama-sama bagus buat nyeimbangin
otak kanan sama otak kiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar