Sabtu, 24 November 2012

Apakah Hamas Menang?

    Tulisan ini berawal dari "eker-ekeran" (bahasa Surabaya: perang mulut) antara saya dengan teman saya yang keukeuh bahwa perang Palestina-Israel kali ini dimenangi oleh Israel. Alasan dia adalah keberhasilan Israel untuk membunuh tokoh-tokoh sentral Hamas seperti Ahmed Jabari, Habs Hassan Us Msamch, Ahmed Abu Jalal, dan tokoh-tokoh lainnya. Sementara itu selain di pihak Palestina memakan lebih banyak korban, Hamas juga gagal untuk mencapai target tokoh Israel tertentu.
   Namun bagi saya Hamas tahun ini jauh lebih kuat daripada tahun-tahun yang lalu. Saya anggap Hamas kali ini menang karena pertama, roket Fajr-5 milik Hamas untuk pertama kalinya berhasil mencapai Tel Aviv dan Yerusalem. Untuk pertama kalinya sejak Perang Teluk 1991, alarm peringatan serangan udara di Tel Aviv berbunyi.
“But Islamic Jihad, another militant Palestinian faction, said on Thursday that it had launched a Fajr-5 at Tel Aviv, triggering the city's first air raid alert since it was hit by Iraqi Scuds during the 1991 Gulf war.” (http://www.guardian.co.uk/world/2012/nov/16/fajr5-missile-gaza-israel-iran). Ini membuktikan kemampuan perang Hamas melawan Israel yang bersenjata lengkap. 
    Kedua, tujuan serangan Israel ke Gaza sebagaimana dilansir dalam website IDF adalah untuk menghancurkan organisasi Hamas dan untuk melindungi rakyat Israel. Dalam blog IDF disebutkan bahwa 
"On November 14, in response to incessant rocket attacks from the Gaza Strip, the IDF launched a widespread campaign against terror targets in Gaza. The operation, called Pillar of Defense, had two main goals: cripple terror organizations in the Gaza Strip and defend Israelis living under fire." (http://www.idfblog.com/2012/11/22/operation-pillar-of-defense-summary-of-events)

Kenyataannya, kedua tujuan itu juga tidak tercapai meskipun Israel berhasil membunuh sejumlah tokoh Hamas. Tokoh-tokoh Hamas yang terbunuh hanya akan digantikan oleh orang lainnya sebagaimana peribahasa "patah satu tumbuh seribu"
    Ketiga, beberapa isi dari hasil perundingan damai adalah Israel harus membuka penyebarangan dan mempermudah pergerakan orang dan barang, tidak membatasi pergerakan warga dan berurusan dengan prosedur pelaksanaan selama 24 jam. Padahal sejak tahun 2007 semua perbatasan Jalur Gaza dari Israel diblokade. Bahkan bantuan kemanusiaanpun tidak bisa masuk kesana. (http://www.voa-islam.com/news/world-world/2012/11/22/21882/isi-teks-kesepakan-gencatan-senjata-hamas-zionis-israel/). Keberhasilan Hamas di meja perundingan membuktikan posisi tawar Hamas yang lebih kuat sehingga dapat memaksakan klausul untuk membuka segala macam perbatasan di jalur Gaza dan mengizinkan pergerakan orang dan barang. 
    Adapun yang menyatakan kemenangan Hamas bukan hanya Hamas saja, tetapi juga rakyat Israel dan Knesset (Parlemen Israel) (lihat http://www.voa-islam.com/news/world-world/2012/11/22/21897/knesset-sebut-militer-israel-anjing-paranoid/). Bahkan dalam negeri Israel sendiri akan diadakan komite yang akan membahas kegagalan operasi militer Israel dalam Pillar Operation yang berlangsung 8 hari ini. 
    Kemenangan Hamas bukan hanya dalam pertempuran fisik dan diplomasi saja tetapi juga dalam perang media. Pemberitaan media-media Barat selama ini lebih banyak berpihak kepada Israel dengan lebih banyak memberitakan korban dari pihak Israel. Tetapi kali ini The Washington Post yang biasanya lebih "Israel" memasang foto seorang Ayah di Gaza yang sedang menggendong anaknya yang meninggal di halaman depan sebagai headline pada tanggal 15 November 2012. 
    Bukti lainnya kegagalan Israel dalam menguasai media adalah hashtag #Prayforgaza disebut 20 kali lebih banyak daripada hashtag #prayforisrael di twitter.(http://www.gilad.co.uk/writings/israel-losing-battle-of-words-on-social-media.html#entry31292214)
    Terlepas dari sejumlah fakta bahwa korban di pihak Palestina jauh lebih banyak, peperangan kali ini membuktikan bahwa Palestina berhasil menarik perhatian internasional untuk lebih "didengar". Bahwa kemerdekaan Palestina terletak pada perjuangan rakyat Palestina sendiri, bukan rekan-rekan Arabnya yang justru sibuk ribut sendiri. 

2 komentar:

  1. media sekuler umumnya suka membentuk opini dgn menyembunyikan fakta

    aku lebih suka perjuangan hamas ketimbang fatah

    fatah mudah dibohongi amerika/israel, ga mungkinlah janji palestina merdeka mereka penuhi

    Israel kan inginnya seluruh Syam mereka kuasai

    BalasHapus
  2. aku bukannya ngga suka cara diplomasi. Tapi cara diplomasi baru bisa memberikan hasil yang lebih ketika kita punya posisi tawar. Ketika kita bisa menunjukkan kepada lawan kalau dia tidak menerima keinginan kita maka ada konsekuensi yang akan dia dapatkan. Untuk itu perlu ada 'efek gentar' dan efek gentar itu diperoleh dari kemenangan Hamas pada pertempuran 8 hari kemarin.

    BalasHapus